KARYA TULIS ILMIAH POPOLER

 

KARYA TULIS ILMIAH

 




 

“Masyarakat Pesisir Mandar dalam Konsep Siwaliparri (Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Pesisir Mandar tentang Peran Ganda Perempuan Mandar)”

 

Diajukan dalam rangka mengikuti kegiatan Jejak Tradisi Daerah ke- 6

 

Oleh :

AL HUKAIMATUL AMALIYAH

 

SMA NEGERI 1 POLEWALI

KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PROVINSI SULAWESI BARAT

2016


KARYA TULIS ILMIAH

 

 

“Masyarakat Pesisir Mandar dalam Konsep Siwaliparri (Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Pesisir Mandar tentang Peran Ganda Perempuan Mandar)”

 

Diajukan dalam rangka mengikuti kegiatan Jejak Tradisi Daerah ke- 6

 

Oleh :


 

SMA NEGERI 1 POLEWALI

KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PROVINSI SULAWESI BARAT

2021

 

KARYA TULIS ILMIAH

 

 

 

 

 

 

 

 

“Masyarakat Pesisir Mandar dalam Konsep Siwaliparri (Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Pesisir Mandar tentang Peran Ganda Perempuan Mandar)”

 

Diajukan dalam rangka mengikuti kegiatan Jejak Tradisi Daerah ke- 6

 

Oleh :


 

SMA NEGERI 1 POLEWALI

KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PROVINSI SULAWESI BARAT

2021




ABSTRAK

AL HUKAIMATUL AMALIYAH 2016 “Masyarakat Pesisir Mandar dalam Konsep Siwaliparri (Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Pesisir Mandar tentang Peran Ganda Perempuan Mandar”.

            Penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang budaya masyarakat pesisir Mandar dalam konsep siwaliparri..

            Metode Penulisan dalam makalah ini menggunakan metode historis, melalui tahapan kerja yang meliputi; Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Konsep-konsep ilmu sosial seperti Sosiologi dan Antropologi juga digunakan untuk menganalisis masalah yang relevan. Batasan masalah dalam kajian makalah ini fokus pada konsep siwaliparri, dengan batasan spasial fokus pada Masyarakat pesisir Mandar.  

Berdasarkan hasil kajian,  kata siwaliparri  secara harfiah dapat diartikan sebagai kerja sama atau saling membantu pada masyarakat Mandar di Sulawesi Barat dan  terdiri dari dua kata yaitu siwali (dua yang sama) dan parri (kesusahan atau permasalahan). Dengan kata lain bahwa siwaliparri adalah konsep yang berarti satu dengan yang lain saling terkait di mana masing-masing subjek di dalam menanggulangi sesuatu secara bersama dalam sebuah permasalahan yang dihadapinya.

Hasil kajian menunjukkan bahwa; Budaya siwaliparri di Sulawesi Barat khususnya pada masyarakat  pesisir Mandar, merupakan sebuah konsep gotong royong yang bertujuan untuk membangun kerja sama, keharmonisan, dan kepedulian sehingga tidak terjadi perbedaan antara pria dan wanita dalam pekerjaan. Hingga sekarang, konsep ini masih tetap dipegang teguh oleh masyarakat sebagai pedoman dalam beraktivitas sehari-hari.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Masyarakat Pesisir Mandar dalam Konsep Siwaliparri (Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Pesisir Mandar tentang Perang Ganda Perempuan Mandar)”.

Karya tulis ilmiah ini dibuat dalam rangka memperkenalkan kepada masyarakat tentang budaya masyarakat pesisir Mandar dalam konsep siwaliparri dan akan diikutsertakan pada ajang Jejak Tradisi Daerah ke-6.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada :

1.      Bapak Muhammad Faezal sebagai kepala SMA Negeri 1 Polewali yang telah memberi bantuan baik secara moril maupun materil.

2.      Bapak Muhammad Idris dan Ibu Herlina yang telah memberikan dukungan moral sekaligus sebagai guru pembimbing penulis karya tulis ilmiah ini.

3.      Orang tua kami yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan moril sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan karya tulis ini.

4.      Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang telah membantu kami dalam penelitian ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan  memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah.                                                                                     

                                                            Polewali Mandar, 27 Februari 2016

 

                                                            Penulis

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL............................................................................................      i

ABSTRAK...........................................................................................................      ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................      iii

DAFTAR ISI........................................................................................................      iv

BAB I PENDAHULUA........................................................................................      1

A.     Latar Belakang.........................................................................................      1

B.      Rumsan  Masalah.....................................................................................      3

C.      Tujuan penulisan......................................................................................      3

D.     Manfaat Penulisan....................................................................................      3

E.      Metode Penulisan.....................................................................................      3

F.      Batasan Masalah dan Batasan Spasial........................................................      3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................      4

A.     pemaknaan konsep siwaliparri pada masyarakat pesisir Mandar..........      4

B.      implementasi konsep siwaliparri pada masyarakat pesisir Mandar.......      7

BAB III PENUTUP...............................................................................................      12

A.     Kesimpulan..............................................................................................      12

B.      Saran........................................................................................................      12

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Mandar adalah bahasa sekaligus salah satu suku bangsa Indonesia yang kini berdiam di Provinsi Sulawesi Barat yang memiliki beraneka ragam warisan budaya yang tinggi. Masyarakat atau suku-suku bangsa yang beragam itu tumbuh menurut sistem nilai (budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut). Sistem nilai budaya yang dianut oleh masyarakat berfungsi sebagai acuan berperilaku dan pendorong untuk bertindak bagi anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam peta, Mandar terletak pada posisi antara 118o dan 119oBT serta antara 1o dan 3oLS. Posisi bujur lintang tersebut menunjukkan Mandar terletak di pesisir Barat Pulau Sulawesi yang membujur dari selatan ke utara yaitu antara Binanga Karaeng di bagian Selatan dan Suremana di sebelah Utara. dengan adanya UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, memicu derah-daerah untuk mengadakan pemekaran wilayah, tak terkecuali daerah bekas Afdeling Mandar juga terjadi pemekaran, yakni kabupaten Mamasa pemekaran dari Polewali Mamasa, dan Kabupaten Mamuju Utara pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Jadi bekas Afdeling Mandar itu kini menjadi lima kabupaten yakni Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Mamuju Utara yang kini telah memekarkan diri dari Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Provinsi Sulawesi Barat.

Penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa dan daerah (tradisional) semakin diperlukan. Dalam tradisi dan budaya masyarakat Mandar di Sulawesi Barat terdapat  nilai-nilai yang menjadi pemicu adanya etos kerja, watak, kepribadian , atas adanya etika dan yang ditopang oleh budaya adat istiadat yang terpelihara dalam masyarakat. Bagi masyarakat Mandar yang mendiami bagian pantai Barat Pulau Sulawesi atau Provinsi Sulawesi Barat, mempunyai perilaku kerjasama yang setara antara pria dan wanita yang mereka kenal dengan istilah Sibaliparri. Sibaliparri mengandung makna gotong royong, saling pengertian, bantu membantu antara suami istri didukung isi keluarga dalam membangun rumah tangganya, dan itu telah berjalan begitu lama di Mandar.

Berdasarkan jaminan kesetaraan antara wanita dan pria dalam Pancasila dan UUD 1945 serta berbagai instrumen internasional, maka dalam kerangka konsepsional kesetaraan dimaknai sebagai perwujudan jaminan dalam tata hukum ke dalam pola hidup dan gaya hidup sehari-hari. Yang untuk ditandai dengan sikap wanita dan pria dalam hubungan mereka satu sama lain baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat yang saling peduli, saling menghargai ,dan saling membantu. Prinsip kesetaraan inilah yang mendasari gerakan nasional kemitrasejajaran pria dan wanita yang dicanangkan oleh Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1995. Presiden menyampaikan “dengan kemitrasejajaran pria dan wanita yang harmonis, kita bangun bangsa Indonesia maju dan mandiri. Amanat presiden tersebut di atas nampaknya sejalan dan selaras dengan makna sibaliparri yang ada pada masyarakat Mandar. Kesadaran akan keberadaan wanita yang vital dalam mencapai tujuan pembangunan nasional serta untuk meningkatkan kedudukan dan peranan wanita sebagai individu.

Sehubungan dengan konsep dan nilai sibaliparri yang dimiliki masyarakat Mandar, maka penulis tertarik memilih judul “Masyarakat Pesisir Mandar dalam Konsep Siwaliparri (Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Pesisir Mandar tentang Perang Ganda Perempuan Mandar)”. D i mana karya tulis ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan pemahaman tentang budaya masyarakat pesisir Mandar dalam konsep siwaliparri.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pemaknaan konsep siwaliparri pada masyarakat pesisir Mandar?

2.      Bagaimana implementasi konsep siwaliparri pada masyarakat pesisir Mandar?

 

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui pemaknaan konsep siwaliparri pada masyarakat pesisir Mandar.

2.      Memotret dan memberikan gambaran realitas budaya siwaliparri sebagaimana dianut dan dipahami masyarakat Mandar.

 

D.    Manfaat Penulisan

1.            Menambah pengetahuan masyarakat tentang pemaknaan konsep  siwaliparri pada masyarakat pesisir Mandar.

2.           Menambah pengetahuan masyarakat mengenai penerapan konsep siwaliparri pada masyarakat pesisir Mandar.

 

E.     Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah penulisan deskriptif dan pengumpulan data melalui tahapan kerja yang meliputi ; heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

 

F.     Batasan Masalah dan Batasan Spasial

Dalam penulisan makalah ini, penulisan akan membatasi pokok permasalahan dengan fokus pada kajian  Kehidupan Masyarakat Pesisir Mandar tentang Perang Ganda Perempuan Mandar dalam konsep siwaliparri,dengan batasan spesialis kajian akan fokus pada masyarakat di Tanah Mandar.

 

BAB II  

PEMBAHASAN

Dalam peta, daerah Mandar terletak pada posisi antara 118o dan 119oBT serta antara 1o dan 3oLS. Posisi bujur lintang tersebut menunjukkan Mandar terletak di pesisir Barat Pulau Sulawesi yang membujur dari selatan ke utara yaitu antara Binanga Karaeng di bagian Selatan dan Suremana di sebelah Utara. dengan adanya UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, memicu derah-daerah untuk mengadakan pemekaran wilayah, tak terkecuali daerah bekas Afdeling Mnadar juga terjadi pemekaran, yakni kabupaten Mamasa pemekaran dari Polewali Mamasa, dan Kabupaten Mamuju Utara pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Jadi bekas Afdeling Mandar itu kini menjadi lima kabupaten yakni Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Mamuju Utara yang kini telah memekarkan diri dari Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Provinsi Sulawesi Barat. Provinsi Sulawesi Barat yang jumlah penduduknya mencapai 1.234.251 orang yang 412.122 di antaranya merupakan penduduk Polewali Mandar (sensus penduduk 2013).

Mandar memiliki begitu banyak kekayaan budaya yang agung nan luhur. Artinya memotrem Mandar ibarat memotret sebuah relitas nilai yang syarat akan makna dan muatan. Di antara nilai budaya yang dimiliki masyarakat Mandar dan begitu terkristal dalam kehidupannya adalah nilai budaya siwaliparri. Berangkat dari rumusan masalah maka penulis akan membahas dua sub judul, yaitu :

A.    Pemaknaan Konsep Siwaliparri pada Masyarakat Pesisir Mandar

 Makna yang bisa dipahami dari siwaliparri sebagai sebuah konsep dan sistem nilai budaya Mandar adalah makna kepedulian. Selain itu siwaliparri juga bermakna kepedulian masyarakat terhadap berbagai aktivitas-aktivitas sosial kemasyarakatan.

Sebagai sebuah sistem nilai budaya yang bermakna kepedulian, siwaliparri dengan gampang dan dengan mudah ditemukan dalam berbagai bidang aktivitas  pesisir Mandar, antara lain :

1.      Bidang sosial

Jika diamati secara seksama pada masyarakat Mandar utamanya ketika dikaitkan dengan ajaran islam banyak ditemui elemen penting yang termanifestasi dari ajaran Al-Qur’an dan keteladanan Nabi Muhammad Saw. Pada masyarakat yang mayoritas berpenduduk muslim di Mandar selalu dikenal istilah sebagaiaman yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu, ukhuwwah. Kata ini diambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan” dan biasanya diartikan sebagai persaudaraan. Makna asal kata ini memberikan kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.

Hubungan antar konsepsi islam tentang ukhuwwah dengan budaya mandar tentang siwaliparri, tidak terlalu sulit untuk ditelusuri. Hal tersebut disebabkan karena isyaratnya terdapat dalam Al-quran bahwa semua manusia itu bersaudara. Selain ikatan persaudaraan, kedekatan dan kesamaan sesama orang mandar telah membentuk satu kelompok budaya yang disebut kebudayaan Mandar. Pada dasarnya, ikatan persaudaraan itu muncul karena latar kesamaan. Semakin banyak titik kesamaan, semakin kokoh pula persaudaraan. Persaudaraan dalam  rasa dan cita merupakan faktor yang sangat dominan yang mendahului lahirnya persaudaraan hakiki dan yang pada akhirnya menjadikan seorang saudara merasakan derita saudaranya. Sebagai contoh dari sikap itu ialah “mengulurkan tangan untuk membantu saudaranya sebelum diminta serta memperlakukannya bukan atas dasar take and give, melainkan karena mengutamakan orang lain walau dirinya sendiri kekurangan.

 Dengan demikian, siwaliparri yang dimiliki masyarakat Mandar dilandasi oleh prinsip persaudaraan kebangsaan (etnisitas). Selain itu, persamaan-persamaan yang dimiliki oleh orang Mandar yang dapat ditelusuri pada pesan-pesan leluhur Mandar yang dimana pesan leluhur itu pada intinya mengedepankan sikap memperahtikan sesama.

2.      Bidang Budaya

Dalam konteks budaya, siwaliparri pada masyarkat Mandar secara khusus adalah pengapresiasian budaya luhur Mandar. Sesungguhnya orang Mandar yang mendiami Polewali Mandar, Majene, Mamuju, Mamasa dan Mamuju Utara merupakan satu rumpun budaya Sulawesi  Barat yang memiliki ciri khas yang dapat membedakannya dengan suku lain yang ada di Indonesia.

Dalam budaya siwaliparri tidak jarang seorang istri bekerja di berbagai sektor lapangan kerja, misalnya menenun, menjual sarung, menjual ikan,  menjual makanan khas Mandar (baje) dan menjadi pedagang di pasar.  Tidak jarang pula terjadi istri yang membanting tulangbekerja untuk mencari nafkah adapun suaminya tinggal di rumah memasak dan mengasuh anak. Semuanya dikerjakan dengan penuh kesadaran agar dalam rumah tangga senantiasa terwujud makna yang terkandung dalam : siron-rondoi (saling membantu), siamasei (saling menyayangi) dan sianaoppamai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siwaliparri (saling membantu) merupakan suatu budaya masyarakat Mandar yang sampai saat ini masih membudaya pada masyarakat pesisir Mandar.

3.      Bidang Ekonomi

Siwaliparri dalam konteks ekonomi dapat dipahami sebagai usaha bersama untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan (masagena) baik dalam lingkungan rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak, maupun kelompok masyarakat yang lebih luas. Dalam kehidupan masyarakat pesisir mandar terjadi pembagian kerja yang seimbang antara suami dan istri. Pada saat suami pergi melaut, istri di daratan mengurus keluarga serta mencari pekerjaan lain seperti Manete (membuat sarung) ma’balu bau (menjual ikan) dan ma’dagang (berdagang) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.(mau di tambah)

 

B.     Implementasi Konsep Siwaliparri pada Masyarakat Pesisir Mandar

Sebagai sebuah entitas, kebudayaan Mandar dilekati dan dibangun dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakatnya. Salah satu konsep nilai kebudayaan Mandar yang gejalanya masih melekat sampai saat ini ialah konsep siwaliparri. Status dalam rumah tangga di Mandar adalah merupakan konsep kebersamaan yang dianut oleh masyarakat pesisir Mandar yaitu sikap gotong royong yang dilakukan dengan mengutamakan konsep kebersamaan dalam kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang dicerminkan dalam konsep yang disebut Siwaliparri. Sebagai sebuah fenomena budaya yang penekanannya adalah bagaimana makna kesetaraan secara simbolik antara kemitrasejajaran diantara laki-laki dan perempuan yang sampai sekarang ini masih berlanjut dalam benak orang-orang Mandar. Sampai saat ini konsep kebersamaan disebut sebagai landasan kokoh dari semua hal dan peristiwa yang berkaitan dengan adanya keterpaduan harmonis antara laki-laki dan perempuan dalam konsep yang disebut siwaliparri.

Pada dasarnya di dalam dunia rumah tangga, dipahami bahwa siwaliparri adalah konsep yang mengharuskan perempuan atau istri untuk membantu kegiatan suami. Dengan pemahaman ini, posisi istri dan suami di mata orang mandar dipandang timpang atau tidak berbeda, selain pegangan bahwa suami mutlak tampil sebagai pemimpin dan bertanggung jawab penuh atas kehidupan perekonomian rumah tangga. Namun demikian, istri juga memilki tanggung jawab yang setara atas kehidupan dan langgengnya bahtera rumah tangga mereka, terutama urusan pendidikan yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan dan beragama.

Fenomena siwaliparri yang dapat diamati secara empiris dalam rumah tangga orang Mandar yaitu :

a.       kegiatan manette’lipa sa’be atau bertenun sarung sutra di Desa Sabang Subik. Kegiatan ini merupakan salah satu aktivfitas yang dimaksudkan meringankan perekonomian rumah tangga. Dalam pandangan orang Mandar, manette’ lipa sa’be merupakan simbol kesetiaan perempuan Mandar, terutama mereka yang bersuami nelayan. Ketika suami pergi berlayar mencari ikan di lautan lepas selama berhari-hari, istri mengambil alih tanggung jawab kepemimpinan rumah tangga, seperti mendidik anak dan tetap di rumah mencari nafkah dengan manete’ lipa sa’be sambil menanti kedatangan suami dan begitu sumai pulang tenunan istri harus selesai. Jika tidak, suaminya bisa saja menduga istrinya melakukan tindakan tak senonoh. Untuk itu, lama kepergian suami telah diperhitungkan dengan masa pengerjaan sehelai sarung sutera.

b.      Desa tonyaman terletak di Kec. Binuang Kab. Polewali Mandar yang dimana Desa Tonyaman ini memiliki mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan. Berbagai macam aktivitas sehari-hari masyarakat Desa Tonyaman yang melibatkan perempuan atau istri nelayan, seperti Menjemur ikan hasil tangkapan suami yang biasanya kegiatan ini melibatkan anak untuk membantu dalam proses persiapan tempat penjemuran yang kemudian ikan ini nantinya akan dijual ke pasar untuk menampah penghasilan rumah tangga masyarakat Desa Tonyaman. Selain penjemuran ikan, di Desa Tonyaman juga terdapat aktivitas pengelolaan rumput laut yang melibatkan kaum wanita dalam  pengikatan dan penjemuran rumput laut yang nantinya akan dijual ke perusahaan untuk dijadikan bahan dasar pembuatan agar-agar.

Penerapan konsep siwaliparri tidak terhenti ketika suami (yang berprofesi nelayan) tidak di rumah, namun juga ketika suami datang membawa hasil tangkapan. Istri menyambut suami dan menghidangkan hasil tangkapan itu kepadanya. Selebihnya disiapkan untuk dijual. Sebagaimana dimaktubkan Alimuddin (2004) bahwa para istri nelayan adalah bahagian yang tak terpisahkan antara kegiatan penangkapan dengan penjualan ikan, artinya para istri nelayan disamping berkewajiban melayani suami ia juga bertugas memasarkan ikan hasil tangkapan suaminya ke pasar.

Keterlibatan istri dalam menunjang pekerjaan suami dalam kehidupan para nelayan Mandar dapat diamati mulai dari persiapan keberangkatan hingga setelah kedatangannya. Dalam mempersiapkan keberangkatan suami berlayar istri turut sibuk menyiapakan semua perangkat dan kebutuhan yang diperlukan selama di laut termasuk menyiapkan ritual mattula’bala (doa tolak bala) dan pada musim timor (kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan Mei hingga Oktober, waktu itulah yang paling tepat bagi nelayan Mandar untuk melaut di sekitar perairan teluk Mandar.  

Uraian siwaliparri untuk sementara waktu dialihkan pada wacana kebaharian orang Mandar. Kecakapan yang dipadu dengan keberanian serta penguasaan ilmu kelautan yan diperoleh secara turun temurun dari leluhur yang telah membentuk karakter dan budaya bahari dalam kehidupan mereka. Sehingga terpatrih pemahaman bahwa bagi pria laut menjadi miliknya sebagai arena mencari nafkah untuk menghidupi diri dan keluarganya yang ditinggalkan di daratan. Di tengah samudera kelihaian dan kelincahan yang mereka tampakkan di laut merupakan kecakapan yang didasarkan pada aposasian ( pengetahuan tentang kelautan) dan paissangan sumombal (pengetahuan berlayar) yang mereka kuasai. Sehingga banyak peneliti dan pakar kelautan berkesimpulan bahwa orang Mandar merupakan salah satu suku bangsa yang layak disebut sebagai pelaut ulung.

Hal yang menarik selain kedahsyatan laki-laki Mandar di lautan ialah niat tulus mereka yang sangat pasih bercengkerama di lautan ganas hanya demi menghidupi keluarga mereka yang ada di daratan. Artinya niat tulus mereka untuk melaut beranjak dari pemahaman akan konsep siwaliparri bahwa keluarga harus dihidupi sebagai bentuk tanggung  jawabnya sebagai kepala keluarga, kendati harus melawan ganas ombak lautan dan dengan hanya bermodalkan seperangkat alat tangkap dan perahu tradisional.

Bagi perempuan Mandar aktifitas mengasuh anak dan melayani suami serta membantu menopang ekonomi keluarga adalah sebuah keharusan. Terlebih lagi, bagi kalangan yang pendapatan ekonominya pas-pasan. Sebab, salah satu pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar sebelum mereka membina sebuah keluarga bersama suaminya ialah kesiapan untuk berperan ganda, yakni siap melayani suami dan mengasuh anak-anaknya. Para istri juga harus siap mental untuk turut berperan aktif dalam membantu suami memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Hal ini merupakan salah satu wujud pengejewantahan nyata dalam kehidupan berkeluarga dalam konsep siwaliparri.

Pandangan masyarakat atas peran perempuan di Tanah Mandar dapat dikatakan sudah sangat meluas dan merambah ke dalam berbagai bidang seperti politik dan kepemimpinan dalam peran-peran ke masyarakat. Hal ini sudah bersifat lazim, terlebih jika dikaitkan dengan budaya di Tanah Mandar yang tidak mempersoalkan kepemimpinan perempuan dan laki-laki. Fakta menunjukkan bahwa di Tanah Mandar ada seorang pemimpin kerajaan dari kaum perempuan yaitu Ibu Agung Haji Andi Depu. Kegigihan dan keperkasaan Andi Depu merupakan cerminan perempuan Mandar sekarang ini. Besarnya peranan perempuan Mandar di daratan sehingga melahirkan sebuah ungkapan bahwa :

pottana pottana tobaine, anna sasi’ sasi’na tommuane, artinya daratan adalah milik perempuan dan lautan adalah milik kaum pria.

Dalam praktinya, hal itu termanifestasi ke dalam anutan nilai-nilai humanitas yang hampir melekat pada diri setiap manusia. Sebagai entitas kebudayaan , hal yang serupa pasti terjadi juga pada masyarakat Mandar. Terkait dengan nilai-nilai humanitas itulah, pada masyarakat Mandar ditemukan adanya pola interaksi sosial yang disebut siwaliparri sebagai konsep humanitas yang terkristalisasi dan merasuk secara sentripental  ke dalam kehidupan mereka. Dianut dan dipertahankannya konsep siwaliparri sebagai nilai kebudayaan yang secara turun temurun dipelihara dan ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Mandar sebagai pendukung kebudayaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.      Sebagai sebuah sistem nilai budaya yang bermakna kepedulian, siwaliparri dengan gampang dan dengan mudah ditemukan dalam berbagai bidang aktivitas masyarakat Mandar seperti pada bidang sosial, bidang budaya, dan  bidang ekonomi.

2.      Kehidupan masyarakat pesisir Mandar tidak terlepas dari konsep siwaliparri. Masyarakat pesisir Mandar mengimplementasikan konsep siwaliparri dalam kehidupan rumah tangga mereka yang dimana wanita (istri nelayan) membantu suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Wanita mandar menerapkan konsep siwaliparri dalam berbagai aktivitas seperti manete’lipa sa’be (membuat sarung tenun), ma’balu bau (menjuan ikan), dan ma’dagang (menjual). Jadi, penerapan konsep siwaliparri masih di implementasikan dalam kehidupan masyarakat pesisir Mandar.

B.     SARAN

Melihat kondisi realitas dewasa ini, dimana terkikisnya pemahaman budaya para generasi-generasi penerus bangsa yang diakibatkan oleh hantaman budaya-budaya global. Tentunya hal itu merupakan tanggung jawab kita bersama untuk memberikan pemahaman-pemahaman tentang kekayaan dan keragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa ini, penulis selaku generasi penerus bangsa tanpa ada niat dalam hati sebagai superior atau inferior melalui tulisan ini memberikan saran:

1.       Pemahaman budaya terhadap para generasi perlu digalakkan dalam berbagai konsep-konsep pembiasaan, melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan. Baik secara nasional maupun secara lokal.

2.      Budaya siwaliparri sebagai sebuah konsep dan sistem nilai budaya Mandar adalah makna kepedulian, hendaknya kita manifestasikan dalam kehidupan sehari-hari kita, sehinga tercipta suatu masyarakat yang memiliki rasa gotong royong, peduli sesama, saling membantu, dan berbagi kesusahan.

DAFTAR PUSATAKA

 

Rahim Rahman A. 2011, Nilai-nilai Utama Kebudayaan Bugis. Ombak, Yogyakarta

 

Riri Amin Daud, 2010, Mandar dalam Perspektif Sejarah, Cempaka Putih

 

Jubariyah dkk. 2006, Siwaliparri dalam perspektif pemberdayaan perempuan.Balaniva Publishing, Mammessa Arta Community, Beranda Cendekia Konsultan. Sul-Bar.

 

Ridwan Alimuddin Muhammad. 2005, Orang Mandar Orang Laut. KPG Jakarta

 

Ridwan Alimuddin Muhammad. 2011, Alam, Budaya, Manusia . Dinas Perhubungan, Kominfo Kab. Polewali Mandar.




















Posting Komentar untuk "KARYA TULIS ILMIAH POPOLER"